MateriBelajar.co.id Pada kesempatan kali ini akan membahas tentang kerajaan sriwijaya atau disebut juga Srivijaya yang menjadi salah satu kemaharajaan bahari yang pernah berdiri di nusantara tepatnya di palembang pulau Sumatera dan banyak memberi pengaruh di Nusantara.
Dalam bahasa Sanskerta, sri memiliki arti “bercahaya” atau “gemilang”, dan wijaya memiliki arti “kemenangan” atau “kejayaan”. Sriwijaya berarti “kemenangan yang gilang-gemilang”.
Lokasi Kerajaan Sriwijawa
Daerah kekuasaan sriwijaya berdasarkan peta membentang dari Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa Barat dan kemungkinan Jawa Tengah. Menurut Prasasti Kedukan Bukit, yang bertarikh 605 Saka (683 M), Kadatuan Sriwijaya pertama kali didirikan di sekitar Palembang, di tepian Sungai Musi.
Bukti mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7 yaitu seorang pendeta Tiongkok dari Dinasti Tang, I Tsing, menulis bahwa ia berkunjung ke Sriwijaya tahun 671 dan tinggal selama 6 bulan disana.kemudian prasasti yang paling tua mengenai Sriwijaya juga ada pada abad ke-7, yaitu prasasti Kedukan Bukit di Palembang, bertarikh 682.
Kemunduran pengaruh Sriwijaya kepada daerah bawahannya menyusut karena terjadi beberapa peperangan, diantaranya yaitu tahun 1025 serangan Rajendra Chola I dari Koromandel, kemudian tahun 1183 kekuasaan Sriwijaya di bawah kendali kerajaan Dharmasraya. Setelah keruntuhannya, kerajaan sriwijaya terlupakan dan keberadaannya baru diketahui kembali melalui publikasi tahun 1918 dari sejarawan Perancis George Cœdès dari École française d’Extrême-Orient
Sumber Sejarah Kerajaan Sriwijaya
Sumber dari dalam negeri
Sumber dari dalam negeri berupa Prasasti yang berjumlah 6 buah yang memakai bahasa Melayu Kuno dan huruf Pallawa, dan sudah menggunakan angka tahun Saka.
a. Prasasti Kedukan Bukit
b. Prasasti Talang Tuo
c. Prasasti Telaga Batu
Sumber-sumber dari luar negeri
a. Prasasti Ligor
b. Prasasti Nalanda
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan yang besar dan maju seperti sriwijaya tentunya akan meninggalkan jejak seperti halnya prasasti, berikut adalah beberapa peninggalan kerajaan sriwijaya
- prasasti kota kapur
- prasasti ligor
- prasasti palas pasemah
- prasasti hujung langit
- prasasti telaga batu
- prasasti kedukan bukit
- Prasasti Talang Tuwo
- Prasasti Leiden
- Prasasti Berahi
- Candi Muara Takus
- Candi Muaro Jambi
- Candi Bahal
- Gapura Sriwijaya
1 . Prasasti Kota Kapur
Prasasti Kota Kapur merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang ditemukan di Pulau Bangka bagian Barat. ditulis dengan bahasa Melayu Kuno serta aksara Pallawa. Prasasti kota kapur ditemukan oleh J.K Van der Meulen tahun 1892 dengan isi yang menceritakan tentang kutukan untuk orang yang berani melanggar titah dari kekuasaan Raja Sriwijaya.
2 . Prasasti Ligor
Prasasti Ligor ditemuan di Nakhon Si Thammarat, wilayah Thailand bagian Selatan yang mempunyai pahatan di kedua sisinya. Pada bagian sisi pertama diberi nama Prasasti Ligor A atau manuskrip Viang Sa, di sisi lainya merupakan Prasasti Ligor B yang kemungkinan besar dibuat oleh raja dari wangsa Sailendra
3 . Prasasti Palas Pasemah
Prasasti Palas Pasemah ditemui pada pinggiran rawa Desa Palas Pasemah, Lampung Selatan, Lampung. Di ditulis dengan menggunakan bahasa Melayu Kuno aksara Pallawa dan terdiri dari 13 baris tulisan. Isi dari prasasti palas pasemah menjelaskan tentang kutukan dari bagi orang yang tak ingin tunduk dengan kekuasaan Sriwijaya. Dilihat dari aksara, Prasasti Palas Pasemah ini berasal dari abad ke-7 Masehi.
4 . Prasasti Hujung Langit
Prasasti Hujung Langit merupakan salah satu Prasasti dari Kerajaan Sriwijaya yang ditemukan di sebuah desa bernama Desa Haur Kuning, Lampung dan juga ditulis dalam bahasa Melayu Kuno dan aksara Pallawa. Isi prasasti hujung langit tidak terlalu jelas karna kerusakan yang terjadi sudah cukup banyak, namun diperkirakan berasal dari tahun 997 Masehi dan isinya tentang pemberian tanah Sima.
5 . Prasasti Telaga Batu
ditemukan pada kolam Telaga Biru, Kelurahan 3 Ilir, Kecamatan Ilir Timur II Kota Palembang tahun 1935 dan berisi tentang kutukan untuk mereka yang berbuat jahat di kedaulatan Sriwijaya dan kini disimpan pada Museum Nasional Jakarta.
6 . Prasasti Kedukan Bukit
Prasasti Kedukan Bukit ditemukan pada tanggal 29 November 1920 oleh M. Batenburg di Kampung Kedukan Bukit, Kelurahan 35 Ilir, Palembang, Sumatera Selatan, Tepatnya di tepi Sungai Tatang yang mengalir ke Sungai Musi.
7 . Prasasti talang tuwo
Prasasti Talang Tuwo ini berisi tentang doa dedikasi yang menceritakan aliran Budha yang digunakan masa Sriwijaya kala itu dan merupakan aliran Mahayana dan ini dibuktikan dengan penggunaan kata khas aliran Budha Mahayana seperti Vajrasarira, Bodhicitta, Mahasattva serta annuttarabhisamyaksamvodhi.
8.Prasasti Leiden
Prasasti Leiden ditulis pada lempengan tembaga dalam bahasa Sansekerta dan Tamil. Saat ini Prasasti Leiden ada di museum Belanda dengan isi menceritakan tentang hubungan baik dari dinasti Chola dari Tamil dengan dinasti Sailendra dari Sriwijaya, india Selatan.
9 . prasasti berahi
Prasasti Berahi ditemukan oleh Kontrolir L.M. Berhout pada tahun 1904 di tepi Batang Merangin, Dusun Batu Bersurat, Desa Karang Berahi, kecamatan Pamenang, Merangin, Jambi. prasasti ini berisi tentang kutukan untuk mereka yang melakukan kejahatan dan tidak setia dengan Raja Sriwijaya.
10. candi muara takus
Candi Muara Takus ada di Desa Muara Takus Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar, Riau, Indonesia dan dikelilingi dengan tembok 74 x 74 meter yang terbuat dari batu putih dengan ketinggian lebih kurang 80 cm.
Struktur Pemerintahan Sriwijaya
Masyarakat Sriwjaya begitu amat majemuk dan mengenal stratatifikasi sosial. Pembentukan satu negara kesatuan pada dimensi struktur otoritas politik Sriwijaya, bisa diketahui dari beberapa prasasti yang mengandung berbagai informasi penting tentang kadātuan, vanua, samaryyāda, mandala dan bhūmi.
Penguasa Sriwijaya disebut dengan Dapunta Hyang atau Maharaja, dan pada lingkaran raja terdapat
- yuvarāja (putra mahkota)
- pratiyuvarāja (putra mahkota kedua)
- rājakumāra (pewaris berikutnya).
Prasasti Telaga Batu menyebutkan berbagai jabatan pada struktur pemerintahan kerajaan masa Sriwijaya. Menurut Prasasti Telaga Batu, selain diceritakan kutukan raja Sriwijaya kepada siapa saja yang menentang raja, diceritakan juga berbagai jabatan dan pekerjaan yang ada pada zaman Sriwijaya.
Menurut kronik Cina Hsin Tang-shu, Sriwijaya begitu luas hingga dibagi menjadi dua. Dapunta Hyang punya dua orang anak yang diberi gelar putra mahkota, yakni yuvarāja (putra mahkota), pratiyuvarāja (putra mahkota kedua). Maka dari Ahmad Jelani Halimi (profesor di Universiti Sains Malaysia) mengatakan bahwa untuk mencegah perpecahan di antara anak-anaknya itulah, maka kemungkinan Kerajaan Sriwijaya dibagi menjadi dua.
Perdagangan Kerajaan Sriwijawa
Di dunia perdagangan, Sriwijaya adalah pengendali jalur perdagangan antara India dan Tiongkok, yakni dengan menguasai Selat Malaka dan Selat Sunda. Orang Arab mencatat bahwa Sriwijaya mempunyai aneka komoditas seperti kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, pala, kepulaga, gading, emas, dan timah, yang mampu membuat raja Sriwijaya sekaya raja-raja di India.
Kekayaan yang melimpah ini sudah memungkinkan Sriwijaya membeli kesetiaan dari vassal-vassal-nya di seluruh Asia Tenggara. Berperan sebagai entreport atau pelabuhan utama di Asia Tenggara, dengan mendapatkan restu, persetujuan, dan perlindungan dari Kaisar China untuk bisa berdagang dengan Tiongkok, Sriwijaya mengelola jejaring perdagangan bahari dan menguasi urat nadi pelayaran antara Tiongkok dan India.
Karena alasan itulah Sriwijaya harus terus menjaga dominasi perdagangannya dengan selalu mengawasi dan jika perlu memerangi pelabuhan pesaing di negara jirannya.
Keperluan menjaga monopoli perdagangan ini yang mendorong Sriwijaya menggelar ekspedisi militer untuk menaklukkan bandar pelabuhan pesaing pada kawasan sekitarnya dan menyerap mereka ke dalam mandala Sriwijaya. Bandar Malayu di Jambi, Kota Kapur di pulau Bangka, Tarumanagara dan pelabuhan Sunda di Jawa Barat, Kalingga di Jawa Tengah, dan bandar Kedah dan Chaiya di semenanjung Melaya merupakan beberapa bandar pelabuhan yang ditaklukan dan diserap kedalam lingkup pengaruh Sriwijaya.
Sejarah dan Agama Kerajaan Sriwijaya
Didirikan pada abad ke 7 masehi. Kerajaan Sriwijaya menganut kepercayaan Agama Budha yang ada di Sumatra Selatan. Bukti Sejarah Kerajaan Sriwijaya terus berkembang hingga abad ke 14 masehi.
Historiografi Sriwijaya diperoleh serta disusun dari dua macam sumber utama yaitu; catatan sejarah Tiongkok dan sejumlah prasasti batu Asia Tenggara yang sudah ditemukan dan diterjemahkan.
Catatan perjalanan bhiksu peziarah I Ching menjadi sangat penting, terutama dalam menjelaskan kondisi Sriwijaya ketika ia mengunjungi kerajaan itu selama 6 bulan pada tahun 671.
Kumpulan prasasti siddhayatra abad ke-7 yang ditemukan di Palembang dan Pulau Bangka juga menjadi sumber sejarah primer yang penting. Di samping itu, kabar-kabar regional yang beberapa mungkin mendekati kisah legenda, seperti Kisah mengenai Maharaja Javaka dan Raja Khmer juga memberikan sekilas keterangan. Kemudian beberapa catatan musafir India dan Arab juga menjelaskan secara samar-samar mengenai kekayaan raja Zabag yang menakjubkan.
Demikianlah penjelasan tentang kerajaan sriwijaya, Semoga bermanfaat
Baca Juga :